A.
Kritik
Normatif
Hakikat
Kritik Normatif adalah :
- Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
- Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
- Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.
- Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi
1. Kritik Normatif Tipikal
Metoda
Normatif Tipikal ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi
untuk satu kategori bangunan spesifik)
· Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).
· Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi
· Metode Tipikal, yaitu suatu pendekatan yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Contoh. Bangunan sekolah, tipe yang ada ialah seperti ruang kelas, ruang guru,ruang kepala sekolah, ruang kesenian, lab, perpustakaan, kantin, gudang, toilet.
Contoh
Kritik Normatif Tipikal :
Keindahan masjid ini dapat dilihat dari eksterior maupun interior masjid WTC Jendral Sudirman. Namun keberhasilan keindahan tersebut harus ditunjang dengan keberhasilan struktur dan fungsinya agar unsur unsur arsitektur dapat terpenuhi dengan baik dan dapat terwujud keharmonisan dalam Masjid ini. Struktur yang digunakan pada masjid WTC Jendral Sudirman ini lebih kepada system struktur grid karena bentuk nya yang menyerupai grid – grid. Hal ini juga dapat berpengaruh pada system pembagian ruang dari masjid WTC Jendral Sudirman ini. Dengan struktur tersebut dapat menghasilkan ruang – ruang yang efisien untuk menaungi kegiatan – kegiatan dalam masjid ini.Adapun ruang – ruang yang ada di dalam Masjid ini adalah ruang utama yaitu ruang sholat yang dapat menampung 2500 jamaah yang telah terbagi antara untuk jamaah pria dan jamaah wanita, ruang wudhu yang juga terpisah antara ruang wudhu pria dan ruang wudhu wanita, toilet, ruang takbir masjid yang berfungsi untuk tempat bekerja para pengurus masjid serta terdapat perpustakaan kecil di dalam masjid WTC Jendral Sudirman ini.Bentuk dari bangunan Masjid WTC Jendral Sudirman ini adalah berbentuk persegi sesuai dengan konsep dari masjid ini waitu minimaslis modern yang bergaya kontemporer yang menonjolkan sudut dan kotak. Namun juga memasukan unsur Betawi. Walaupun masjid ini tidak memakai kubah pada atap nya namun masjid ini tetap terlihat seperti bangunan masjid dengan ornament – ornament Islam dan symbol masjid bulan dan bintang.Exterior Masjid WTC Jendral Sudirman
Interior Masjid WTC Jendral Sudirman
B. Kritik Deskriptif
Hakikat Metode Kritik Deskriptif adalah
·
Dibanding metode kritik lain descriptive
criticism tampak lebih nyata (factual)
·
Deskriptif mencatat fakta-fakta
pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
· Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa
jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka
kita dapat lebih memahami makna bangunan.
· Lebih dipahami sebagai sebuah landasan
untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya
· Tidak dipandang sebagai bentuk to judge
atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana
apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
1.
Metode
Kritik Deskriptif Biografis
Kritik yang hanya
mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas yang
telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat
diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada
karya-karyanya secara spesifik.
Sejak Renaisance telah
ada sebagian perhatian pada kehidupan pribadi sang artis atau arsitek dan
perhatian yang terkait dengan kejadian-kejadian dalam kehidupannya dalam
memproduksi karya atau bangunan. Misalnya, bagaimana pengaruh kesukaan Frank
Lyod Fright waktu remaja pada permainan Froebel Bloks (permainan lipatan
kertas) terhadap karyanya? Bagaimana pengaruh karier lain Le Corbusier sebagai
seorang pelukis? Bagaimana pengaruh hubungan Eero Sarinen dengan ayahnya yang
juga arsitek? Informasi seperti ini memberi kita kesempatan untuk lebih
memahami dan menilai bangunan-bangunan yang dirancangnya.
Contoh Kritik
Deskriptif Biografi :
Masjid WTC Jendral
Sudirman ini di bangun dengan ide atau gagasan dari PT Jakarta Land merupakan
pengembang dari kawasan World Trade Center (WTC) yang terkenal karena focus mutlak
pada mempertahankan standar pelayanan tertinggi dan kualitas. Didirikan lebih
dari 40 tahun yang lalu, Jakarta Land dimiliki bersama oleh CCM dan Hongkong
Land, manfaat dari wawasan local CCM dan Hongkong Land 125 tahun pengalaman di
kota – kota utama di Asia. Kemudian PT Jakarta Land menunjuk PT Anggara Architeam
sebagau Architecture Design dari Masjid WTC Jendral Sudirman ini.
PT Anggara Architeam
berusaha untuk menampilkan gaya arsitektur yang mengungkapkan kota – kota Asia agar
tumbuh berkembang dimana di dalamnya terdapat gaya internasional da gaya vernacular.
PT Jakarta Land merupakan Arsitetur desain yang lebih dari sekedar membangun.
PT Jakarta Land memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk memberikan situs yang
dirancang dengan baik, yang memenuhi persyaratan fungsional, untuk berbagai
klien.
PT Anggara Architeam
ini telah banyak memiliki proyek lain selain Masjid WTC Jendral Sudirman,
diantaranya BCA Tower di Jakarta, Harris Hotel, Soho Pancoran di Jakarta dan
masih banyak lagi proyek lain yang telah dikerjakan oleh PT Anggara Architeam
ini.
2.
Motode
Kritik Deskriptif Kontekstual
Untuk memberikan lebih
ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam informasi
dekriptif, informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, politikal, dan ekonomi
konteks bangunan yang telah didesain. Kebanyakan kritikus tidak mengetahui
rahasia informasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali
mereka pribadi terlibat. Dalam kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa
akses ke informasi, mereka tidak mampu untuk menerbitkannya karena takut
tindakan hukum terhadap mereka. Tetapi informasi yang tidak kontroversial
tentang konteks suatu desain suatu bangunan terkadang tersedia.
Contoh Kritik Deskriptif
Kontekstual :
Masjid
yang terletak di pusat perekonomian ini dapat terbangun dengan perjalaan yang cukup
panjang. Berdirinya masjid ini berawal dari sebuah mushola di Gedung Wisma
Metropilitan 1 dan mushola mushola kecil lainnya yang tidak mampu menampung
jamaah Jum’at yang membludak hingga PT Jakarta Land, pengelola WTC pun membuat
tenda – tenda sementara setiap Jum’at. kemudian munculah impian untuk membangun
sebuah masjid besar sebagai sentral aktivitas umat.
Ketua
Pengurus Harian Masjid Jenderal Sudirman sekarang, Muhammad Iskandar Umar, yang
saat itu aktif sebagai Ketua Badan Dakwah Islamiyah (BDI) TOTAL E&P
Indonesie bersama kawan-kawan sepemikiran dari PermataBank, dibentuk Forum
Silaturrahim sebagai wadah bertukar pikiran antara organisasi keislaman di tiap
perusahaan seperti Badan Dakwah Islmiyah (BDI), Kerohanian Islam (ROHIS),
Kelompok Studi Islam (KSI) dan membentuk Yayasan Masjid Raya Metropolitan,
Yayasan
Masjid Raya Metropolitan dengan para tokoh seperti Try Sutrisno, Hoesein Soeropranoto, Fuad Bawazier, Ismail
Sofyan, selalu mendorong dan berjuang agar pembangunan Masjid disegerakan. Pada
tanggal 23 Desember 2012 dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan Masjid
Raya Wisma Metropolitan yang dilakukan oleh Nasruddin Umar selaku Wamen Agama
waktu itu bersama dengan Jend. Purn. Try Sutrisno sebagai Pembina Yayasan dan
Murdaya Poo (Owner PT. Jakarta Land).
Bulan
Agustus dan Oktober tahun 2013, diselenggarakan pertemuan Senior Manajemen
gabungan seluruh tenant di WTC dengan pimpinan PT Jakarta Land yang
menyampaikan akan segera membangun Masjid di kompleks WTC. Dan mulailah
dibangun pada bulan april 2014 oleh PT Jakarta Land dan diresmikan oleh Basuki
Tjahya Purnama Selaku Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 27 Februari 2015,
bersama dengan Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno selaku ketua Pembina Masjid
Jenderal Sudirman, Walikota Jakarta Selatan Syamsuddin Noor, Tokoh Agama hingga
Dubes negara sahabat.
C. Kritik Interpretif
Karakteristik
utama kritik interpretif adalah kritikus dengan metode sangat personal.
Tindakannya bagaikan sebagai seorang interpreter atau pengamat tidak mengklaim
satu doktrin, sistem, tipe atau ukuran. Kritik Interpretif punya kecenderungan
karakteristik sebagai berikut :
·
Kritikus sebagai seorang interpreter
atau pengamat yang sangat personal.
· Bentuk kritik cenderung subjektif namun
tanpa ditunggangi oleh klaim doktrin, klaim objektifitas melalui pengukuran
yang terevaluasi.
·
Mempengaruhi pandangan orang lain untuk
bisa memandang sebagaimana yang kita lihat.
· Menyajikan satu perspektif baru atas
satu objek atau satu cara baru memandang bangunan(biasanya perubahan cara
pandang dengan “metafor” terhadap bangunan yang kita lihat).
· Melalui rasa artistiknya mempengaruhi
pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami.
· Membangun satu karya “bayangan” yang
independen melalui bangunan sebagaimana miliknya, ibarat sebuah kendaraan.
1.
Metode
Interpretif Evokatif
Evoke berarti
menimbulkan, membangkitkan. Ungkapan sebagai pengganti cara kita mencintai
bangunan. Menggugah pemahaman intelektual kita atas makna yang dikandung
bangunan. Membangkitkan emosi rasa kita dalam memperlakukan bangunan. Kritik
evokatif tidak perlu menyajikan argumentasi rasional dalam menilai bangunan.
Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang
terungkap dan pengalaman ruang yang dirasakan. Mendorong orang lain untuk turut
membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.
Contoh Metode
Interpretif Evokasi :
Masjid WTC
Jendral sudirman ini terletak di tengah kawasan perekonomian yaitu di Jalan
Jendral Sudirman Kav. 29 – 31, Jakarta. Masjid ini dibangun di atas lahan
seluas 1.336 meter persegi dengan luas bangunan 2.200 m2. Masjid ini mampu
menampung 2.500 jamaah diharapkan memudahkan para pekerja muslim di sekitarnya
untuk beribadah.Masjid ini dapat menampung 2500 jamaah.
Konsep
arsitektur masjid ini adalah modern minimalis yang bergaya kontemporer dengan
di tambahkan unsur unsur Betawi di dalamnya. Ketika memasuki area masjid ini
pengunjung dimanjakan dengan fasad masid dengan ornament geometri nya.
Eksterior Masjid WTC Jendral Sudirman
Ketika
memasuki ruang utama yaitu ruang sholat pada lantai 1 pengunjung akan di
suguhkan ruangan yang bernuansakan putih yang memiliki arti kesucian pada
ajaran Islam. Dan pada mihrab nya juga terdapat ukuiran ukiran Islam di sebalah
kanan dan kirinya. Didalam masjid ini juga terdapat sebuah lampu gantung ukuran
besar menjuntai dari atap masjid tengah tengah ruang sholat menambah keindahan
interior masjid ini.
Mihrab Masjid WTC Jendral Sudirman
Lampu Gantung Masjid WTC Jendral Sudirman
Pada lantai
2 sampai 4 pengunjung juga tetap disuguhkan dengan nuansa ruang sholat yang
bernuansa putih.
Ruang Sholat pada Lantai 2
Pada
masjid ini pengunjung juga dapat merasakan pencahayaan dan penghawaan yang
alami karena terdapat jendela yang transparan ini mememungkin untuk cahaya
masuk ke dalam ruangan.
Pencahaan Alami
dalam Masjid WTC Jendral Sudirman
http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/raziq_hasan/
https://ginadamar.wordpress.com/2015/11/17/kritik-arsitektur-deskriptif/
http://bujangmasjid.blogspot.co.id/2016/04/masjid-jendral-sudirman-wtc-jakarta.html
http://anggara.co.id/
http://www.jakland.com/index.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar